Sabtu, 12 Januari 2013

Dinasti Safavid Persia


Dinasti Safavid Persia

Pada awal abad ke-16, Persia memperoleh kembali kemerdekaannya di bawah Dinasti Safavid. Persia segera menjadi salah satu kebudayaan maju di dunia.
Orang Persia mengalami kejayaan dalam imperium Abbasiyah sejak tahun 642, kemudian pada masa pemerintahan bangsa Seljuk dan Ilkhan Mongol. Menyusul satu masa kekacauan, Dinasti Safavid berkuasa setelah merebut kota Tabriz pada tahun 1501, dan memerdekakan Persia. Pemimpin mereka adalah Ismail I, yang menobatkan diri sebagai shah atau penguasa. Nama Safavid berasal dari nama leluhur Ismail, Safi od-Din, seorang sufi yang hidup sekitar tahun 1300. Sejak tahun 1508, Ismail menguasai seluruh Persia dan sebagian besar Mesopotamia. Ismail menjadikan Islam Syiah sebagai agama negara. Perbedaan ajaran dan perselisihan wilayah menimbulkan serangkaian perang agama yang berkepanjangan antar kaum Syiah Safavid dan kaum Sunni Ottoman. Perang dimulai ketika Sultan Ottoman, Selim I, menyerbu Persia barat. Di bawah Dinasti Dinasti Safavid, orang Persia mengembangkan identitasnya sendiri setelah berabad-abad dikuasai oleh bangsa asing. Pemerintahan dinasti kuat ini berlangsung selama 200 tahun.
Masa Kejayaan
Dinasti Safavid mencapai puncak kejayaan di bawah Shah Abbas I yang Agung (1571-1629) yang memerintah sejak 1588. Sebagai pemimpin militer yang cakap, ia berdamai dengan orang Ottoman dan menghalau orang Turki Uzbek dari timur Iran. Ia memindahkan ibukota ke Isfahan dan menjadikannya sebagai salah satu kota terindah di dunia dengan sebuah istana dan masjid yang megah. Bazar (pasar) tertutup mengelilingi lapangan utama, sementara pohon dan sungai kecil mengapit lapangan pasar itu. Terdapat juga sebuah jalan utama dengan taman di kedua sisinya. Abbas menghidupkan kembali kebudayaan Persia, membangun hubungan yang bersahabat dengan bangsa Eropa, dan menyambut baik para pengunjung asing.
Keruntuhan
Safavid Persia terus ditekan oleh orang Ottoman dari barat dan suku-suku Turki dari timur, hingga pemerintahan Abbas I berhasil membuat perdamaian dan menciptakan pembaharuan kebudayaan di Persia. Setelah kematiannya pada tahun 1628, sejumlah penguasa yang lemah menggantikan Abbas I. Akhirnya, Dinasti Safavid disingkirkan oleh para penyerbu Afghan pada tahun 1722.

Agama pada Abad pertengahan


Agama pada Abad Pertengahan



Selama Abad Pertengahan, berbagai lembaga keagamaan berkembang semakin kuat dan berpengaruh. Selain membawa banyak manfaat, tidak jarang di lembaga-lembaga ini terjadi praktek korupsi.
Pada tahun 1200, Islam sebagai agama terbaru telah berusia 500 tahun. Agama menjadi lembaga besar, dan telah mengakar dalam tradisi di semua negeri. Di banyak tempat, kehidupan sehari-hari menjadi sulit. Kemiskinan dan kesusahan dialami banyak orang. Sedangkan mereka yang menikmati hidup lebih makmur kerap melakukan korupsi dan kejahatan. Banyak orang baik-baik mulai berpikir bahwa akan lebih bermanfaat apabila mereka menarik diri dari kehidupan dunia dan mengabdikan diri kepada Tuhan sebagai pertapa, biarawan atau biarawati. Inilah yang menyebabkan kehidupan membiara memiliki daya tarik bagi banyak orang. Di Eropa, Cina, dan Tibet, berbagai tradisi kehidupan membiara, dengan berbagai peraturan ketat dan gaya hidup sederhana, berkembang pesat. Biara juga menyediakan perawatan kesehatan, pendidikan, pekerjaan, dan tempat perlindungan bagi masyarakat sekitarnya. Biara mendorong kegiatan ziarah dan memberikan pengaruh positif di masa sulit.
Kekuatan Lembaga Agama
Para pemimpin agama memiliki pengaruh di bidang politik dan religius. Di Eropa, terjadi perselisihan antara paus dan raja, pendeta dan bangsawan. Bahkan, pernah terjadi ada lebih dari satu paus dan mereka saling bersaing. Lembaga Gereja menjadi korup. Jabatan keagamaan dan pengampunan dosa dapat dibeli dengan uang. Dalam Islam tidak terdapat hirarki kepemimpinan agama, tetapi Islam terbagi dalam beberapa aliran.
Pada bangsa Maya dan Toltek, para pendeta memiliki kekuasaan besar dan menuntut pengorbanan darah dari rakyatnya. Di seluruh dunia, banyak orang sekadar meyakini adanya Tuhan, tetapi tidak memiliki pengetahuan agama yang memadai. Di Eropa, agama diajarkan dalam bahasa Latin, sementara di India dalam bahasa Sansekerta. Padahal banyak umat yang tidak mengerti kedua bahasa itu. Ziarah menjadi kegiatan penting. Umat Muslim pergi ke Mekkah, umat Kristen ke Roma dan Yerusalem, sementara umat Hindu dan Buddha pergi ke gunung dan kuil suci. Banyak orang tidak dapat memperbaiki kehidupan, sehingga mereka berdoa agar memperoleh kehidupan yang lebih baik dari surge (bagi orang Muslim, Kristen, dan Maya) atau dalam kehidupan selanjutnya (bagi orang Hindu dan Buddha). Di seluruh dunia, berbagai kuil, katedral, gereja, dan masjid megah dibangun. Beberapa di antaranya merupakan konstruksi terbaik pada masanya.
Agama dan Kebudayaan
Selama Abad Pertengahan, para pemikir besar dari kaum agamawan menghasilkan sejumlah karya. Para sarjana seperti Meister Eckhart (Jerman), Santo Thomas Aquinas (Italia), Maimonides dan Ibnu Arabi (Mesir), Marpa sang Penerjemah (Tibet), Ramanuja (India), dan Dogen (Jepang) membentuk sejumlah pemikiran pada masa itu. Agama menjadi bagian kehidupan sehari-hari, memengaruhi seni dan ilmu pengetahuan, pengobatan, pemerintahan, dan masyarakat. Agama menjadi inti dari banyak kebudayaan di dunia. Sejumlah orang menganggap lazim untuk berdoa pada hari-hari keagamaan, tetapi akan melanggar aturan agama di kesempatan yang lain. Beberapa kuil dan gereja menjadi begitu kaya dan korup sehingga banyak orang mulai mempertanyakan iman mereka.

Jumat, 11 Januari 2013

Jatuhnya konstantinopel


Jatuhnya Konstantinopel

Kekaisaran Byzantium berdiri selama 1000 tahun. Akhirnya, orang Turki Ottoman benar-benar berada di depan pintu gerbang Konstantinopel. Pada 1453, mereka berhasil menaklukkan kota ini.


Byzantium adalah kekaisaran satu kota, yaitu Konstantinopel. Pada beberapa abad terakhir kekuasaannya, berbagai kekuatan asing bergerak mendekati kota itu, dan memperkecil wilayah Byzantium. Orang Byzantium berangsur kehilangan kekuatan. Pada tahun 1204, pesukan Perang Salib Franka dan Norman merebut Konstantinopel, dan mengubah namanya menjadi ‘Kekaisaran Latin’. Orang Yunani Byzantium berkuasa kembali pada tahun 1261, tetapi kekuatan Byzantium tidak pernah pulih. Sejumlah perang saudara ikut melemahkan kekaisaran ini.
Tahun-tahun Penting
1071
Orang Seljuk mengalahkan Byzantium, mereka meduduki Anatolia
1204
Pasukan Salib merebut Konstantinopel
1243
Orang Mongol menghancurkan Kesultanan Rum Seljuk
1261
Orang Byzantium merebut kembali Konstantinopel
1280
Orang Ottoman di Anatolia bergerak mendekati Konstantinopel
1389
Orang Ottoman mengalahkan orang Serbia di Kosovo
1391
Orang Ottoman mengalahkan Pasukan Salib Eropa di Rumania
1453
Kejatuhan Konstantinopel
Orang Turki Ottoman
Sekitar tahun 1070, sebelum pasukan Perang Salib tiba, orang Turki Seljuk telah memasuki Anatolia. Di situ, mereka mendirikan Kesultanan Rum. Bangsa Mongol menghancurkannya sekitar tahun 1240. Pada tahun 1280, orang Turki Ottoman mulai bermukim di tenggara Konstantinopel. Orang Ottoman membangun kerajaan mereka dengan cepat, mengepung kota, dan menyeberang masuk ke Eropa. Di Eropa, mereka merebut Adrianopel pada 1361 dan menjadikannya sebagai ibukota. Timur Leng mengalahkan mereka pada 1402. Namun sejak 1430, orang Ottoman melanjutkan perluasan wilayah ke Eropa.
Orang Ottoman menguasai sebagian besar Yunani, Bosnia, Albania, dan Bulgaria pada 1450. Mereka juga berusaha menaklukkan Hongaria. Yang tersisa dari Kekaisaran Byzantium hanyalah Konstantinopel. Pada 1453, orang Turki yang dipimpin oleh Sultan Muhammad II (Mehmed II), melancarkan serangan terakhir ke Konstantinopel. Kaisar Byzantium terakhir, Konstantinus XI, hanya memiliki 10.000 prajurit, sedangkan Muhammad II memiliki 100.000 sampai 150.000 prajurit. Bahkan, orang Turki menarik 70 armada kapal mereka melalui darat, menghindari pertahanan pantai terluar Konstantinopel, dan melancarkan serangan mendadak. Karena dilindungi tembok kokoh, orang Byzantium masih mampu bertahan selama 54 hari sampai akhirnya pasukan terbaik Muhammad II menaklukkan mereka. Dengan demikian, Kekaisaran Byzantium berakhir.
Kelompok Muslim Baru
Kekaisaran Byzantium melahirkan satu kebudayaan Abad Pertengahan yang mengagumkan. Mereka mengalami kemunduran perlahan. Byzantium berubah dari sebuah kekaisaran raksasa menjadi negeri kecil dengan sejarah yang panjang, tetapi tanpa masa depan. Orang Turki Ottoman, yang menggantikan Byzantium, ingin berperan di Eropa. Banyak di antara para pejabat mereka adalah tawanan asal Eropa. Orang Ottoman merupakan kelompok Muslim baru dari timur dengan pandangan ke barat. Mereka menduduki wilayah tradisional Byzantium, yaitu semenanjung Balkan, Laut Hitam, Anatolia, dan Suriah, dan juga menyerang negeri lain. Setelah Muhammad II dan pasukannya menaklukkan Konstantinopel, nama kota diubah menjadi Istanbul, dan kehidupan berjalan seperti sebelumnya. Sekalipun demikian, kaum Muslim telah semakin mendekati Eropa, membuat orang Eropa merasa khawatir.

Perang Salib



Perang Salib

Setelah jatuhnya Kekaisaran Romawi Barat pada tahun 476, Kekaisaran Romawi Timur terus mengawasi jalan masuk ke tempat-tempat suci orang Kristen di Yerusalem dan Betlehem. Akan tetapi, pada tahun 610, Yerusalem direbut oleh bangsa Persia, yang menguasainya hingga tahun 630. Pada tahun yang sama, Nabi Muhammad mulai menyebarkan ajaran bahwa Islam harus disebarkan, dan para pengikutnya menguasai Yerusalem pada tahun 683. Menjelang awal abad ke-8, mereka menaklukkan pantai-pantai Laut Mediterania, dari Spanyol hingga Konstantinopel. Mereka senantiasa bertenggang rasa terhadap orang-orang Kristen yang berziarah ke tempat-tempat suci, dan Charlemagne bahkan membentuk aliansi dengan Khalifah Harun al-Rasyid (764?-809).

Tahun-tahun Penting
1095-1099
Perang Salib I, untuk merebut Palestina dan Suriah
1187
Perang Salib II, Saladin merebut kembali Yerusalem
1189-1192
Perang Salib III
1202-1204
Perang Salib IV, penjarahan Konstantinopel
1212
Perang Salib Anak-anak
1218-1221
Perang Salib V- gagal
1228-1229
Perang Salib VI- sukese sebagian
1291
Palestina direbut oleh sultan Mesir
Tahun 1071, kaisar dari Kekaisaran Byzantium Romanus Diogenes mendeklarasikan perang terhadap orang Turki Seljuk, namun ia mengalami kekalahan. Ini mengakibatkan tumbangnya Kekaisaran Byzantium dan huru-hara umum di seantero Timur Tengah sementara khalifah-khalifah Arab dan sultan-sultan Turki yang bersaing saling merebut batas kekuasaan atas wilayah-wilayah yang tersisa. Pada saat itu orang Turki Seljuk berhasil memotong jalan masuk ke Tanah Suci bagi orang Kristen di Eropa. Pada tahun 1095, di Sidang Clemont, Paus Urbanus II menyerukan kepada orang Kristen untuk membebaskan Palestina dari kekuasaan kaum Muslim. Para ksatria dan rakyat jelata mengikuti seruan itu di bawah pimpinan Peter si Pertapa dan Walter si Miskin. Kebanyakan di antara mereka tidak pernah mencapai Palestina, sementara sisanya menjadi gerombolan orang kelaparan dan liar. Pada tahun 1099, satu pasukan tentara Salib berdisiplin tinggi merebut kembali Yerusalem, dan Perang Salib Pertama dinilai berhasil. Mereka membunuh banyak penduduk. Mereka lalu mendirikan empat kerajaan Pasukan Salib di Palestina dan Suriah. Pada mulanya, orang Sarasen, sebutan Pasukan Salin bagi orang Turki Seljuk, membiarkan keberadaan kerajaan Pasukan Salib itu.
Namun, beberapa anggota Pasukan Salib melakukan tindakan buruk kepada kaum Muslim. Pada 1187, Sultan Salahudin al-Ayyubi (Pasukan Salib memanggilnya Saladin) yang Muslim mengalahkan Pasukan Salib dan merebut kembali Yerusalem. Pada 1191, Raja Richard I dari Inggris, yang dijuluki di Hati Singa, memimpin pasukan ke Tanah Suci. Ia merebut Siprus dan kota Akra, tetapi tidak dapat merebut kembali Yerusalem. Saladin menghormati Richard. Mereka berdua akhirnya menandatangani perjanjian untuk membagi Tanah Suci, termasuk Yerusalem. Pasukan Salib mendirikan ‘Kerajaan Kedua’ di kota suci dengan pusat di Akra.
Perang Salib Keempat, tahun 1200-1204, tidak berhasil mengamankan Yerusalem, namun bangsawan-bangsawan Perancis benar-benar menjarah Kontantinopel sebagai ganti biaya pejalanan dari Italia dan mendirikan kerajaan Kristen Romawi di sana yang bertahan hingga tahun 1262.
Tidak ada satu pun dari keempat Perang Salib berikutnya, yang terjadi antara tahun 1212 dan 1270, yang berhasil seperti Perang Salib Pertama. Sebagian besar di antaranya sama sekali pengalami kegagalan. Agaknya, Perang Salib yang paling tragis adalah Perang Salib Anak-anak tahun 1212. Hanya 201 dari 50.000 anak-anak yang berasal dari Perancis dan Jerman ke Tanah Suci kembali dalam keadaan masih hidup. Sisanya mati kelaparan atau ditangkap untuk dijadikan budak.
Perang Salib Kelima yang dilancarkan untuk menyerbu Mesir mengalami kegagalan. Tiga perang salib terakhir (1218-1272) juga menemui kegagalan. Palestina akhirnya ditaklukkan pada 1291 oleh Sultan Mesir.
Dari segi sejarah, makna Perang Salib bagi Eropa bukan karena perang-perang itu merupakan serangkaian kekalahan militer, melainkan fakta bahwa semua itu mengakibatkan Eropa membuat kontak dengan Timut. Meskipun perang-perang itu gagal dalam membebaskan Yerusalem secara pemanen dari kekuasaan orang Arab, semua Perang Salib itu dinilai berhasil membuka sebuah cakrawala baru dan memberikan sebuah sudut pandang yang luas bagi orang Eropa. Faktanya, banyak orang percaya bahwa Perang Salib adalah sesuatu yang mempercepat perubahan yang akhirnya mengantarkan lahirnya Renaisans.

Kekaisaran Ottoman


Kekaisaran Ottoman


Setelah merebut Konstantinopel pada tahun 1453, Kekaisaran Ottoman segera menjadi kekuatan yang disegani di Timur Tengah dan di sekitar Laut Mediterania.
Ketika Konstantinopel jatuh ke tangan Sultan Mehmed II (Muhammad II) pada tahun 1453, kekaisaran Ottoman mulai memasuki masa keemasan. Bekas ibukota Byzantium itu berganti nama menjadi Istanbul. Istanbul menjadi pusat imperium raksasa yang di masa puncaknya sekitar tahun 1680, membentang dari Aljazair ke Persia dan dari Hongaria ke Arabia. Kekaisaran Ottoman, yang didirikan oleh Osman I pada tahun 1301, melakukan penaklukkan ke Eropa sejak tahun 1389. Bangsa Mongol menghentikan ekspansi Ottoman selama beberapa waktu. Setelah merebut Konstantinopel, Mehmed II dengan cepat menaklukkan 12 kerajaan dan 200 kota di Anatolia dan Balkan. Kemudian, Selim I merebut Suriah, Arabia, dan Mesir antara tahun 1512 hingga 1520.
Masa Kejayaan Imperium Turki
Suleiman yang Agung lahir pada tahun 1495 dan memerintah selama 46 tahun sejak tahun 1520. Ia mengubah Kekaisaran Ottoman menjadi kerajaan Islam Sunni yang makmur dan besar, terbentang di tiga benua. Ia menaklukkan Beograd dan Hongaria, tetapi gagal dalam usahanya mengepung Wina, ibukota Kekaisaran Romawi Suci. Kemudian, ia merebut Mesopotamia, Armenia, dan kawasan Kaukasus. Orang Ottoman menguasai bagian timur Laut Mediterania dan Laut Hitam–dengan demikian menguasai perdagangan di Venesia dan Genoa–serta Afrika utara dan Ukraina.
Bagi rakyatnya, Suleiman dikenal senagai Qununi, si Pemberi Hukum, karena ia memperbaharui pemerintahan dan sistem hukum Ottoman. Ia membentuk Kekaisaran Ottoman, memperkaya segala hal, dari arsitektur hingga kehidupan istana. Suleiman adalah seorang pujangga, sarjana, dan pelindung kesenian. Ia juga membangun kembali sebagian besar Istanbul. Orang Eropa menyebutnya Suleiman yang Agung karena kemegahan istananya dan kemenangan militernya di Eropa. Kemenangan ini mencakup serangkaian aksi ketika Suleiman merebut Beograd (Serbia) dan mengusir Para Ksatria Perang Salib Santo Yohannes (Hospitaller) keluar dari Rhodes pada tahun 1522. Kemenangan terbesar Suleiman diraih dalam pertempuran di Mohacs pada tahun 1526 ketika ia menghancurkan tentara Hongaria. Pasukannya dapat mengalahkan aliansi negara-negara Eropa tengah dan membunuh raja Bohemia. Pengepungannya atas Wina mengancam jantung Eropa. Kegagalan pengepungan atas Wina  mencegah serangan lebih lanjut ke Jerman dan Eropa tengah. Dengan demikian, gerakan Ottoman dihentikan. Penggunaan meriam merupakan kemajuan persenjataan baru pada masa itu. Pada tahun 1538, ia merebut kota suci Islam, Mekkah. Sementara itu, armada Turki, di bawah pimpinan perompak Barbarossa (Khairuddin Pasha), menyerang dan menghancurkan kawasan pantai Spanyol, Italia, dan Yunani.
Perang Antarkaum Muslim
Tahun-tahun Penting
1453
Pasukan Ottoman menaklukkan Konstantinopel
1460-an
Yunani, Serbia, dan Bosnia direbut
1512-1520
Selim I merebut Suriah, Arabia, dan Mesir
1522
Suleiman merebut Rhodes dari Ksatria Santo Yohannes
1526
Pertempuran Mohacs, Hongaria direbut
1529
Pengepungan Wina (gagal)
1534
Suleiman merebut Baghdad dan Armenia
1538
Suleiman merebut kota suci Mekkah
Sejak 1640-an
Kebudayaan Ottoman berkembang
1566
Wafatnya Suleiman
1600
Ottoman berangsur mengalami kemunduran
Suleiman melakukan tiga kali gerakan militer ke timur untuk melawan Kekaisaran Safavid Persia. Ini merupakan peperangan di antara kaum Muslim sendiri, yaitu antara kaum Sunni Ottoman dan kaum Syiah Persia. Suleiman merebut Baghdad. Kendati demikian, ia tidak pernah menguasai bagian timur kekaisaran. Perang antara kedua kekaisaran ini berlangsung sepanjang abad ke-16. Perang ini mengalihkan perhatian Ottoman sehingga mereka tidak bergerak lebih jauh ke Eropa.
Kemunduran
Ketika Suleiman yang Agung wafat, anaknya, Selim II, menjadi sultan. Selim lebih suka hidup bersenang-senang sementara para menteri dan jenderalnya mengelola kekaisaran. Jumlah orang Ottoman sendiri tidak banyak. Mereka bergantung pada pengambilan budak dari Rusia dan Afrika utara, serta menerapkan wajib militer bagi satu dari lima anak laki-laki dari wilayah jajahan di Eropa untuk dilatih sebagai administrator dan prajurit. Penduduk biasa dibiarkan asalkan mereka patuh dan membayar pajak. Agama Islam tidak dipaksakan kepada mereka. Orang Ottoman bergantung pada orang Yunani, Armenia, Venesia, dan orang asing lainnya sebagai pedagang yang membuat Kekaisaran Ottoman memiliki karakter internasional. Namun pada tahun 1600, kekaisaran ini berangsur mulai mengalami kemunduran.

Inca



INCA
Peradaban Inca berlangsung selama tiga ratus tahun dari 13 ke abad ke-16. Mendapatkan gambaran yang benar sejarah Inca adalah sulit karena suku Inca tidak memiliki bahasa tertulis dan melewati sejarah mereka secara lisan dari satu generasi ke generasi berikutnya.
Inca CivilizationApa yang kita ketahui tentang suku Inca telah disatukan dari bukti arkeologi dan sejarah lisan masih ada di Peru.

Menelusuri sejarah suku Inca sulit karena Inca sangat bergantung pada orang-orang mereka untuk membawa informasi penting. Karena Inca tidak memiliki bahasa tertulis, sejarah diturunkan oleh sejarawan lisan.
Bahkan sistem Inca matematika diperlukan orang khusus untuk menafsirkannya. Suku Inca menggunakan sistem tersimpul, string berwarna disebut Quipu yang dirawat untuk melacak ternak dan bisnis lainnya. Namun string ini diperlukan khusus "rememberers" untuk menafsirkan apa yang dimaksud string. Sementara Quipu yang dirawat masih ada saat ini, artinya mereka mati dengan rememberers.


Suku Inca adalah orang-orang yang percaya politeistik dalam berbagai dewa. Sebagian besar dewa melekat pada benda-benda alam seperti matahari, bulan, dan bumi.

Bahkan, suku Inca percaya bahwa Kaisar mereka adalah keturunan dari dewa matahari Inti. Ini memberi Kaisar Inca yang sama status setengah dewa bahwa Firaun Mesir memiliki.

Secara umum, Inca seni polos. Mereka dihargai fungsi atas estetika dan sebagian besar patung mereka memiliki tujuan seremonial. Arsitektur mereka adalah tepat dan Spartan.

Suku Inca itu, bagaimanapun, membuat sangat rumit, permadani berwarna cerah yang terbuat dari alpaka. Tetapi bahkan ini hiasan permadani Inca memiliki tujuan praktis dari kontrak politik yang mengikat.

Pencapaian terbesar peradaban Inca adalah arsitektur.

 Inca membangun bangunan mereka dengan menempatkan batu bersama-sama sedemikian rupa ketat yang bahkan tidak pisau tipis bisa muat antara mereka.

Metode membangun diperlukan mortir tidak ada dan sangat tahan terhadap aktivitas seismik. Akibatnya, situs-situs seperti Machu Picchu tetap utuh.


Kebangkitan dan Kejatuhan Kekaisaran Inca

Selama 200 tahun pertama Inca adalah sekelompok kecil orang, namun sekitar 1.438 ekspansi agresif militer Pachacutec Kaisar mengubah peradaban Inca menjadi negara yang paling kuat di Amerika Selatan. Aturan Pachacutec yang umumnya diterima menjadi titik awal dari Kekaisaran Inca yang akan memerintah selama dua generasi berikutnya.

Setelah kematian penggantinya Pachacutec itu, Kekaisaran Inca terpecah menjadi dua faksi, masing-masing dipimpin oleh salah satu putra Kaisar. Divisi ini akhirnya menyebabkan perang saudara yang tidak akan terselesaikan sampai 1.532, tahun yang sama penjajah Spanyol tiba. Sayangnya banyak Inca seni akan hilang selama kekuasaan Spanyol.

Dalam pencarian mereka untuk emas dan perak, conquistador akan meleleh contoh yang tak terhitung jumlahnya dari logam Inca. Sementara beberapa aspek peradaban Inca akan tetap setelah penaklukan Spanyol, sebagian besar akan masuk ke dalam mitos.

Aztecs


AZTEC
Suku Aztec, yang mungkin berasal sebagai suku nomaden di utara Meksiko, tiba di Mesoamerika sekitar awal abad ke-13. Dari ibu kota megah mereka, Tenochtitlan, suku Aztec muncul sebagai kekuatan dominan di Meksiko tengah, mengembangkan sosial yang rumit, organisasi politik, agama dan komersial yang membawa banyak negara-kota wilayah di bawah kendali mereka dengan abad ke-15. Penjajah yang dipimpin oleh Spanyol conquistador Hernan Cortes menggulingkan Aztec dengan paksa dan ditangkap Tenochtitlan tahun 1521, membawa mengakhiri peradaban Mesoamerika yang terakhir asli besar.

Awal Sejarah Aztec 
Asal tepat dari orang-orang Aztec yang tidak pasti, namun diyakini telah dimulai sebagai suku utara pemburu-pengumpul yang namanya berasal dari bahwa dari tanah air mereka, Aztlan (atau "Tanah Putih"). Suku Aztec juga dikenal sebagai Tenochca (dari mana nama untuk ibukota mereka, Tenochtitlan, berasal) atau Mexica (asal nama kota yang akan menggantikan Tenochtitlan, serta nama untuk seluruh negara) . Suku Aztec muncul di Mesoamerika - sebagai wilayah selatan-tengah pra-Columbus Meksiko dikenal - di awal abad ke-13. Kedatangan mereka datang setelah, atau mungkin membantu mewujudkan, jatuhnya peradaban Mesoamerika yang sebelumnya dominan, Toltec.

Ketika suku Aztec melihat seekor elang bertengger di kaktus di tanah berawa dekat perbatasan barat daya dari Danau Texcoco, mereka menganggapnya sebagai tanda untuk membangun pemukiman mereka di sana. Mereka menguras lahan rawa, pulau buatan dibangun di mana mereka bisa menanam kebun dan mendirikan yayasan ibukota mereka, Tenochtitlán, pada tahun 1325 AD tanaman Aztec Khas meliputi jagung (jagung), bersama dengan kacang-kacangan, squashes, kentang, tomat dan alpukat; mereka juga didukung diri melalui memancing dan berburu hewan lokal seperti kelinci, Armadillo, ular, anjing hutan dan kalkun liar. Sistem mereka relatif canggih pertanian (termasuk budidaya intensif metode tanah dan irigasi) dan tradisi militer yang kuat akan memungkinkan Aztec untuk membangun sebuah negara yang sukses, dan kemudian sebuah kerajaan.

Kekaisaran Aztek
Pada 1428, di bawah pemimpin mereka Itzcoatl, suku Aztec membentuk aliansi tiga-arah dengan Texcocans dan Tacubans untuk mengalahkan saingan mereka yang paling kuat untuk pengaruh di wilayah, Tepanec, dan menaklukkan ibukota mereka Azcapotzalco. Penerus Itzcoatl ini Montezuma (Moctezuma) I, yang mengambil alih kekuasaan pada 1440, adalah seorang pejuang besar yang dikenang sebagai bapak kekaisaran Aztec. Pada awal abad 16, bangsa Aztec telah datang untuk menguasai hingga 500 negara-negara kecil, dan beberapa 5 sampai 6 juta orang, baik melalui penaklukan atau perdagangan. Tenochtitlán pada puncaknya memiliki lebih dari 140.000 penduduk, dan merupakan kota yang paling padat penduduknya pernah ada di Mesoamerika.

Pasar yang ramai seperti Tenochtitlan yang Tlatelolco, dikunjungi oleh sekitar 50.000 orang pada hari-hari pasar utama, yang mendorong perekonomian Aztec. Peradaban Aztec juga sangat maju secara sosial, intelektual dan artistik. Itu adalah masyarakat yang sangat terstruktur dengan sistem kasta yang ketat, di atas adalah bangsawan, sedangkan di bagian bawah adalah budak, diwajibkan hamba dan budak. Iman Aztec berbagi dengan banyak aspek agama Mesoamerika lainnya, seperti itu dari Maya, terutama termasuk ritual pengorbanan manusia. Di kota-kota besar kekaisaran Aztec, kuil megah, istana, plaza dan patung diwujudkan pengabdian putus-putusnya peradaban terhadap dewa Aztec, termasuk Huitzilopochtli (dewa perang dan matahari) dan Quetzalcoatl ("Serpent Feathered"), sebuah Toltec dewa yang melayani banyak peran penting dalam iman Aztec selama bertahun-tahun. Kalender Aztec, umum di banyak Mesoamerika, didasarkan pada siklus matahari 365 hari dan siklus ritual dari 260 hari, kalender memainkan peran sentral dalam agama dan ritual masyarakat Aztec.

Invasi Eropa & Kejatuhan Peradaban Aztec
Orang Eropa pertama yang mengunjungi wilayah Meksiko adalah Francisco Hernandez de Cordoba, yang tiba di Yucatan dari Kuba dengan tiga kapal dan sekitar 100 orang pada awal 1517. Cordobars laporan kembali ke Kuba diminta gubernur Spanyol di sana, Diego Velasquez, untuk mengirim kekuatan yang lebih besar kembali ke Meksiko di bawah komando Hernan Cortes. Pada bulan Maret 1519, Cortes mendarat di kota Tabasco, di mana ia belajar dari penduduk asli dari peradaban Aztec yang besar, kemudian dikuasai oleh Moctezuma (atau Montezuma) II. Menentang otoritas Velasquez, Cortes mendirikan kota Veracruz di pantai Meksiko tenggara, di mana ia melatih pasukannya menjadi kekuatan tempur disiplin. Cortes dan beberapa 400 tentara kemudian berbaris ke Meksiko, dibantu oleh seorang wanita pribumi yang dikenal sebagai Malinche, yang menjabat sebagai penerjemah. Berkat ketidakstabilan dalam kekaisaran Aztec, Cortes mampu membentuk aliansi dengan masyarakat pribumi lainnya, terutama Tlascalans, yang kemudian berperang dengan Montezuma.

Pada bulan November 1519, Cortes dan anak buahnya tiba di Tenochtitlan, di mana Montezuma dan rakyatnya menyambut mereka sebagai tamu terhormat menurut adat Aztec (sebagian karena kemiripan fisik Cortes 'ke berkulit terang Quetzalcoatl, yang kembali dinubuatkan dalam legenda Aztec). Meskipun suku Aztec memiliki nomor unggul, senjata mereka lebih rendah, dan Cortes mampu untuk segera mengambil Montezuma dan rombongannya sandera segala tuan, mendapatkan kontrol dari Tenochtitla. Orang-orang Spanyol kemudian dibunuh ribuan bangsawan Aztec dalam upacara tari ritual, dan Montezuma meninggal dalam keadaan tidak menentu saat berada dalam tahanan. Cuauhtemoc, keponakannya, mengambil alih sebagai kaisar, dan Aztec mengusir Spanyol dari kota. Dengan bantuan dari saingan asli suku Aztec ', Cortes dipasang serangan melawan Tenochtitlan, akhirnya mengalahkan resistensi Cuauhtemoc ini pada tanggal 13 Agustus 1521. Dalam semua, sekitar 240.000 orang diyakini telah tewas dalam penaklukan kota, yang secara efektif mengakhiri peradaban Aztec. Setelah kemenangannya, Cortes dihancurkan dan dibangun Tenochtitla Mexico City pada reruntuhan, dengan cepat menjadi pusat utama Eropa di Dunia yang  Baru.